Sudah lama terpikir ingin membuat
tulisan ini sebagai hadiah kecil untuk ‘teman sekelas’ ku yang luar biasa,
Ibrena Merry Sela Purba. Entah kapan persisnya gelar ’teman sekelas dalam
sekolah kehidupan’ ini muncul tapi memang itulah istilah yang cukup
menggambarkan Rena dalam hidupku selama ini.
Aku masih ingat, pertama kali aku
melihat wajahnya. Waktu itu, tahun 2007 di gedung D.202 Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, kami sedang menunggu wawancara untuk keringanan uang
pangkal mahasiswa baru. Tapi, aku tak ingat kapan dan bagaimana kami bisa saling
bicara. Yang aku ingat, tiba-tiba kami sama-sama tinggal di asrama UI. Rumah
kedua dengan anggota keluarga baru. Claudia, Lona, Inda, Happy, Surya, Berty,
Tasya, Berry dan teman-teman lainnya. Banyak hal yang kami dapat dan kami bagi. Pengalaman di
asrama itu salah satu anugrah yang Tuhan beri untuk ku. Rasa senasib sepenanggungan
dan saling menguatkan, membantu kami berjuang di perantauan. Waktu menulis ini,
tiba-tiba aku tersenyum sendiri ingat bagaimana kami melakukan “mandok hata”
(tradisi mengungkan perasaan & harapan di malam tahun baru dalam keluarga
Batak) di kantin asrama tengah malam akhir tahun sebelum semua anggota
Colour Ranger pulang ke kampung masing-masing. Belum lagi, tarian Saman yang
super kacau di kamar Rena karena stres ada lembar tugas “perkembangan
menggambar orang pada anak balita” yang kami dapat hasil keliling kampung sekitar
UI ada yang hilang.
Rena itu yang paling berjiwa kakak
di peer-group kami, terutama buatku. Aku anaknya yang terlalu ceplas ceplos,
kalau ga suka bilang ga suka kadang suka bikin orang lain kesal. Tapi makhluk
yang namanya Rena ini entah kenapa sabaaaaarrrr sekali berteman denganku. Bukan
terhadapku saja sih, terhadap semua orang. Rena itu makhluk yang memikirkan
orang lain lebih daripada dirinya sendiri. Sangat berbeda denganku yang egois.
Hari demi hari berteman dengan orang ini, membuat aku belajar bagaimana
memperhatikan orang lain, yah walaupun sampai saat ini masih tetap belum bisa
se-care Rena. Aku ingat, Rena pernah memberikan rejeki yang baru diterimanya
demi seorang teman lain yang tidak bisa pulang kampung karena biaya. Padalah
aku tahu persis, Rena ini tabungannya juga pas-pasan kayak aku ;p tapi itu jadi
salah satu kejadian yang membuat aku bertanya “ada ya orang sebaik ini?”
Satu setengah tahun kemudian, PO
Psikologi UI memberikan kesempatan aku, Rena, dan Tasya berjuang bersama dalam
kepanitiaan Refresh 2009. Merupakan pengalaman dengan Tuhan yang juga luar
biasa buatku. Ternyata itu bukan kali terakhir kami berpartner. Selanjutnya,
kami sama-sama menjadi Tim Inti PO Psikologi untuk periode kepengurusan 2010,
bersama 1 sahabat lain Riryn Sani. Si Cici yang selalu punya makanan enak di
kamarnya yang nyaman untuk rapat dan selalu memberikan kami obat-obat herbal
Cina kalau ada yang sakit ;) Huaahh, 1 tahun yang berat, berkorban waktu, air mata,
tenaga, pikiran, ego, materi, untuk sebuah organisasi yang dianggap orang
eksklusif dan tidak menguntungkan untuk memperkaya CV, belum lagi bersama mata
kuliah KAUP, hahaha... Ternyata Tuhan kasih cukup kekuatan ya?!
Ngomong-ngomong soal KAUP. Janji
Cabe! Janji yang kami buat dengan tangan yang pedas setelah makan ayam penyet
Kantin Ijo bersama Lona, Inda, Claudia dan Tasya...*agak aneh sih, dan setelah aku
pikir sekarang, itu ga penting banget* Janji yang akhirnya teringkari karena
hal konyol. Kami berdua terdampar di kelompok yang sebelumnya belum kami kenal baik, harus
menghabiskan 1 semester bersama, hampir setiap hari, dan merupakan mata kuliah
yang menguji persahabatan..hahaha...
SKRIPSI. Perjuangan terakhir di
jenjang sarjana. Kalau ingat scene-scene itu, aku ingin menangis. Malam itu,
malam final Liga Champion, terjadi hal yang sangat tidak menyenangkan. Barang
paling berharga bagi mahasiswa semester akhir, laptop beserta data skripsi Rena
dicuri orang. Kejadian yang traumatik, bukan hanya buat Rena tapi aku juga. Dua
minggu lebih, kami berpindah-pindah dari satu kost teman ke kost teman lain
karena kami masih takut. Lagi-lagi, Tuhan yang memampukan melewati hari-hari
itu, satu bulan menuju deadline skripsi. Lalu apa yang terjadi denganku? 2 hari
sebelum batas pengumpulan akhir, Rena dan Ka Nia sedang makan di warung Jaya.
Aku lewat di depan mereka, dan ketika Rena memanggil, aku cuma menangis sambil mengabaikan mereka. Rena tiba-tiba mengirimkan SMS penguatan :)
Duh, banyak sekali pelajaran yang
aku lewati dengan Rena dan melalui Rena. Rasanya, setiap kejadian jadi
insightful saat diskusi dengan Rena. Kegiatan kecil seperti nonton film, baca
buku, ngobrol-ngobrol soal tujuan hidup, bahkan sharing setelah menjadi alumni
ini... semua pengalaman itu semacam materi-materi pelajaran yang aku lewati dengan teman
sekelasku...dan tiap pengalaman yang kami rasa berat seperti ujian naik kelas yang materinya sebenernya sudah kami pelajari...
Sekarang, teman sekelasku akan
naik kelas. Dia diterima sebagai Pengajar Muda angkatan VI. Cita-cita yang
sebenarnya jadi anak tangganya untuk melakukan passion & tujuan hidupnya...
Aku pun memulai tahapan baru
dalam hidupku, kelas selanjutnya...
Terima kasih Tuhan, aku bisa
punya teman seperti Rena.
Terima kasih ya Rena sudah
membuat aku makin cinta Tuhan J
Selamat berkarya bagi Sang Guru Agung!
No comments:
Post a Comment