Pages

Sunday 28 February 2016

Pencitraan di Media Sosial


Saya tergelitik saat melihat seorang teman dengan panjang dan lebarnya bercerita tentang perasaannya terkait teman-temannya di sebuah sosial media. Anehnya, tak seorangpun dari nama yang diceritakan tersebut di-tag di tulisan yang ia posting. Lalu saya berpikir what's the point? Mereka kan enggak tahu. Apakah kita mengungkapkan hal yang sama ketika kita bertemu dengan mereka? 

Kemudian saya teringat beberapa kejadian lain, saat saya menunggu-nunggu respon seorang teman di sebuah group whatsapp karena saat itu sedang ada pengumpulan masukan dari para anggotanya. Anehnya, seorang teman ini sangat aktif di sebuah sosial media, dan ketika saya komen dan bertanya, saya mendapatkan respon yang tak saya sangka sangat cepat.

Bukan bermaksud men-judge, saya berpikir saya juga pernah mungkin berbuat demikian. Entah kenapa saya merasa tertampar dan malu sendiri. Lama-lama saya merasa penggunaan sosial media saya makin tidak sehat. Kadang saya merasa semua hal yang saya posting jangan-jangan cuma untuk 'pamer'. 

Teringat sebuah diskusi di kelas beberapa minggu lalu tentang self-esteem, di dalam bahasa Indonesia sering diterjemahakan sebagai harga diri. Salah satu strategi manusia untuk mempertahankan atau mengingkatkan rasa keberhargaan dirinya adalah dengan konfirmasi sosial yang berasal dari orang lain. Itu mengapa jumlah like/love/respon di sosial media kita menjadi sangat berarti, karena itu adalah salah satu bentuk konfirmasi dari lingkungan kita. 

Saya pikir ini tidak selamanya jelek, namun juga perlu berhati-hati. Saya sendiri merasa saya cukup kecanduan dengan salah satu media sosial dan memakan waktu saya lebih dari yang saya harapkan. Oleh karena itu, saya sedang menantang diri saya untuk tidak menggunakan media tersebut selama 1 bulan, dan kembali menulis di blog. Menulis di blog mungkin jauh lebih baik buat saya. Mungkin tidak banyak yang baca, tapi ketika menulis banyak proses berpikir dan refleksi yang saya lakukan serta menjadi media terapi bagi saya.

Jadi, mulai besok, saya akan mulai menulis setidaknya 1 hal menarik yang saya dapat di hari tersebut. Syukur-syukur bisa menjadi informasi tambahan atau inspirasi bagi orang lain yang membaca.

Wish me luck!