Pages

Monday 29 July 2013

Ujung Kulon: Where you and animals are in the same home

UJUNG KULON! is one of national park in Indonesia. It is located at the westernmost tip of Java. Honestly, I've forgotten about this trip detail because it happened in the mid of June. My bad is I didn't write right after I came back, but I'll try to grab the story in my memory store.

It needed about 8-9 hour trip by bus from Jakarta to Sumur, Banten. We continued our trip by using boat to cross the sea and it took 3 hours. Finally, we arrived at Peucang Island! Seriously, it was a fascinating view that we saw billion small fish swimming under the boat even at the beach because the water was very clear!

We put our bag at homestay, then jumped into the sea...

taken by Satria's camera

Ops, time's up! Back to homestay, changed our wet clothes, had lunch and prepared for the trekking.
Oh, there was a funny story when we had our lunch, there was a monkey suddenly entered our homestay and stole the chicken at the table. You know, the monkey that stole our food just had 1 hand and she carried her kid when stealing. smart yet annoyed monkey! At Peucang Island, the home-stay is just about 100 meters from the beach and harbor, and you will find many monkeys, pigs, and deers freely walk around you.

You can get this view in front of the home-stay

The thief

Jungle trekking is a rare experience for me, so I was so excited. I met many plants that won't be found in town. We trekked for about 3 hours and it's tiring for me..huhu

Very huge tree, isn't it?
We met this cute deer at jungle
 I always love capturing wave tossed the stone

The clock shows it's 4 pm, it meant that we had to go back to the harbor and went to a savanna at Cidaon Island to chase the Sunset and saw the One-horned Rhinoceros, Banteng (Bull) and Peacock. It might be too late to see them all, the ranger said that the Rhino and the black Banteng had entered to the forest that's prohibited for us. The Peacock didn't open their beautiful tail. If you want to see the Peacocks open their beautiful tail, you should come on August or September.

Savanna at Cidaon

Disappointed by Banteng, Peacock, and One-horned Rhinoceros, we left the savanna and walked quickly to the harbor to chase the Sunset, we're almost late, but I had taken this view on our way to savanna before.


The sun visited other side of the earth meant we had to back to our home-stay to take a bath and have dinner. It was too early to go bed, so we continued playing card at the terrace. Even, the deer got curious about what we did...


Like other beach-y trip, there's always barbequing session at night. The night became more special because our tour guide sang and played guitar beautifully. The wind touched the skin and it's very cold outside, about 12 pm we decided to met the bed for recharging our energy for the next day.

....day 2....



Wednesday 24 July 2013

Proud To Be A Supertasker?

"Otak kita tidak didesain untuk multitasking loh" kata seorang teman ketika sedang diskusi. Pernyataan ini mengagetkan saya, karena saya pikir multitasking itu baik dan harusnya dilatih karena akan membantu kita lebih cepat mengerjakan berbagai macam pekerjaan. Untuk mengecek kebenarannya, saya konsultasi dengan Google si mesin pencari. Berikut beberapa hal yang saya temukan:

Apa sih multitasking?



Source
Multitasking adalah kemampuan untuk mengerjakan beberapa hal dalam waktu bersamaan. Namun jika kita refleksikan ke pengalaman kita sebenarnya ada 2 bentuk yang sering kita anggap sebagai multitasiking. Pertama, ketika beberapa pekerjaan kita lakukan dalam waktu yang benar-benar bersamaan, misal: memotong sayur sambil mendengarkan berita di TV. Kedua, ketika dalam selang waktu yang sangat singkat kita harus berganti-ganti mengerjakan beberapa tugas. Misal: kita harus membuat laporan bulanan, membuat proposal, dan membereskan data permintaaan atasan. Di saat tersebut kita bolak balik pindah dari 1 tugas ke tugas yang lain dalam waktu singkat.

Menurut Arthur Markman, seorang profesor bidang Psikologi di Universitas Texas, ada jenis-jenis aktivitas yang sebenarnya tidak akan terlalu masalah jika dilakukan bersamaan jika aktivitas-aktivitas tersebut sudah menjadi kebiasaan. Contohnya, ketika masih anak-anak, ketika belajar berjalan kita harus berusaha fokus menapakkan kaki satu persatu untuk bisa seimbang, namun setelah dewasa kita bisa berjalan sambil berbincang dengan teman tanpa usaha yang lebih berat. Namun demikian adapula aktivitas yang seberapa seringpun kita lakukan tetap harus mengeluarkan usaha lebih, seperti berkendara sambil menelepon.

Siapakah yang punya kemampuan multitasking?
Penelitian ilmiah mengenai kognisi manusia menyatakan bahwa atensi manusia memiliki keterbatasan. Artinya, manusia pada dasarnya tidak bisa mengerjakan beberapa hal dalam waktu bersamaan atau yang biasa kita sebut dengan multitasking. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa jika seseorang mengerjakan beberapa hal bersamaan maka akan ada kekurangan (secara kualitas) atau kesalahan dalam salah 1 atau beberapa tugasnya karena terjadi "kemacetan" di dalam pusat sistem informasi kita. Namun demikian, sesuai dengan prinsip kurva normal, pastilah ada orang-orang yang memiliki kemampuan multitasking dengan mengalami 'kekurangan' yang lebih sedikit dibanding orang normal. Orang-orang seperti ini disebut dengan Supertasker. Apakah anda salah satunya? Markman menyatakan, supertasker hanya ada sekitar 10% dari seluruh populasi. Jika Anda merasa bagian dari 10% tersebut mungkin Anda perlu mengkuti tes yang Markman buat :)

Kenapa  dan siapa orang-orang yang melakukan multitasking?
Tuntutan pekerjaan yang banyak namun waktu terbatas, kadang itu yang membuat saya sering kali merespon email sambil mendengarkan rekan kerja saya berbicara. Apakah efektif? Hmm, setelah saya ingat-ingat ternyata tidak juga, karena ada saja informasi yang tidak saya tangkap ketika rekan saya bicara, atau juga terkadang saya mengetik kata yang salah (mostly, kata yang baru saya dengar) di body email saya, atau terkadang terlupa meng-upload attachment-nya. 

Kali ini, Prof. David Sonbanmatsu dari Universitas Utah menyatakan bahwa alasan utama orang melakukan multitasking adalah karena mereka merasa memiliki kemampuan multitasking, padahal sebenarnya mereka tidak semampu yang mereka pikir. Selain itu, melakukan multitasking dapat memberikan kita dorongan secara emosional. Contoh dalam kasus saya seperti ini: saya merasa 'hebat' karena bisa melakukan beberapa hal dalam waktu bersamaan dan terkesan produktif, padahal sebaliknya saya harus memberikan waktu tambahan lagi untuk memperbaiki kesalahan saya. 

Sonbanmatsu et.al (2013) dalam penelitiannya mencoba mengaitkan perilaku multitasking ini dengan beberapa konstruk kepribadian. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa impulsivity dan sensation seeking berkorelasi positif dengan perilaku multitasking.

Apakah multitasking benar-benar menguntungkan? 
Ilmuan Amerika dalam jurnal Cyberpsychology and Behaviour, mengemukakan bahwa seringnya orang muda melakukan multitasking mempengarhi kemampuannya untuk berkonsentrasi terhadap aktivitas intelektual tunggal seperti membaca textbook. Selain itu, sering terjadinya pergantian antar tugas dalam waktu dekat memicu hormon stres dan adrenalin yang selanjutnya berkaitan dengan level stres, rasa frustasi, beban kerja, tekanan yang lebih tinggi. Belum lagi masalah sosial dan komunikasi yang bisa terimbas karena kita sibuk dengan gadget kita ketika ada teman yang sedang bercerita lalu ia merasa tidak dihargai karena kita tidak benar-benar menyimak apa yang ia katakan. 

Setelah mendapat berbagai informasi tersebut, saya percaya bahwa memang kita tidak perlu memaksakan diri untuk bisa multitasking.

“Any man who can drive safely while kissing a pretty girl is simply not giving the kiss the attention it deserves,”  Albert Einstein

Sumber:








Thursday 4 July 2013

Kesempatan Si Pengamen

Akhir-akhir ini semangat saya lagi gelap dan dingin sesuai dengan cuaca kota Jakarta yang mendung dan hampir tiap hari dibasahi air hujan. Mulai deh sindrom-sindrom negative thinking mendominasi otak dan yang pengaruh ke selective attention. Di antara hal-hal baik yang masih terjadi dalam hidup, yang fokus terlihat malah yang 'dianggap jelek' (padahal belum tentu begitu).

Anehnya, seringkali kalau saya sedang berada dalam kondisi begini, ada aja hal-hal tak terduga yang membakar semangat yang hampir basi tadi. Satu hal saya alami pagi ini lewat cerita dari seorang rekan kerja (Kak Rani) yang cerita tentang mantan bosnya terdahulu, sebut saja namanya Pak Levi. Waktu itu, di sesi sharing pagi di kantor Pak Levi bercerita tentang pengalamannya bertemu dengan seorang pengamen di perjalanan menuju kantor. Begini ceritanya:

"Pagi itu seperti biasa Pak Levi naik KRL dari rumahnya menuju kantor. Untuk sampai di depan kantor, Pak Levi harus menyambung kopaja dari stasiun kereta. Ketika di kopaja, adalah seorang pengamen yang bernyanyi. Pak Levi berasumsi si pengamen adalah pengamen baru yang tidak percaya diri. (Pak Levi ini adalah seorang psikolog). Kenapa dia bisa berasumsi begitu? Karena si pengamen masih berpakaian rapi dan ketika bernyanyi suaranya sangat kecil. Pak Levi sendiri adalah orang yang katanya suka berbagi. Dia berprinsip harus berbagi dengan berapapun yang dia punya. Waktu itu, ia ingat bahwa ia hanya punya selembar sepuluh ribuan di kantong dan ia berniat memberikan itu kepada si pengamen. Pak Levi yang duduk di bangku paling belakang, sudah menunggu si pengamen menghampirinya sambil mengkuwel-kuwel uang sepuluh ribuannya untuk dimasukkan ke kantong plastik si pengamen. Namun, ternyata si pengamen tidak sampai ke bangku paling belakang dan tiba-tiba ikut turun dengan penumpang lain padahal kantong plastik baru dia edarkan sampai bangku tengah.Pak Levi berpikir, sayang sekali si pengamen ini melewatkan kesempatan untuk dapat sepuluh ribuannya padahal tinggal sedikit lagi dia jalan ke bangku Pak Levi."

Setelah bercerita, Pak Levi menyerahkan interpretasinya kepada orang-orang yang saat itu mendengarkan ceritanya :)

Pelajaran yang saya tangkap dari cerita ini adalah kesempatan itu harus dijemput. Terkadang dalam hidup, kita berjuang sampai tahap tertentu dan menyerah. Padahal tinggal beberapa langkah lagi kita bisa mendapat kesempatan yang telah disiapkan untuk kita.

Bagi semua kita yang sedang memperjuangkan sesuatu, berjalanlah dengan percaya diri, lakukan yang terbaik, dan jangan berhenti karena kita tidak tahu melalui apa dan kapan kesempatan itu datang. Yang pasti, ketika kesempatan datang, pastikan kita siap.


*Oh ya, bagi yang belum tau, selective attention itu adalah proses kognitif dimana kita konsentrasi terhadap satu hal di sekitar kita dan mengabaikan hal-hal lainnya.Contohnya: kita bisa melihat banyak benda sejauh mata kita memandang, namun ketika kita sedang fokus mengetik maka selective attention kita adalah layar laptop/komputer, sedangkan benda-benda lain yang terlihat sekilas sebagai bayangan bahkan kadang sensasi indra lain seperti suara teman yang sedang memanggil juga terabaikan.*