Pages

Wednesday, 24 July 2013

Proud To Be A Supertasker?

"Otak kita tidak didesain untuk multitasking loh" kata seorang teman ketika sedang diskusi. Pernyataan ini mengagetkan saya, karena saya pikir multitasking itu baik dan harusnya dilatih karena akan membantu kita lebih cepat mengerjakan berbagai macam pekerjaan. Untuk mengecek kebenarannya, saya konsultasi dengan Google si mesin pencari. Berikut beberapa hal yang saya temukan:

Apa sih multitasking?



Source
Multitasking adalah kemampuan untuk mengerjakan beberapa hal dalam waktu bersamaan. Namun jika kita refleksikan ke pengalaman kita sebenarnya ada 2 bentuk yang sering kita anggap sebagai multitasiking. Pertama, ketika beberapa pekerjaan kita lakukan dalam waktu yang benar-benar bersamaan, misal: memotong sayur sambil mendengarkan berita di TV. Kedua, ketika dalam selang waktu yang sangat singkat kita harus berganti-ganti mengerjakan beberapa tugas. Misal: kita harus membuat laporan bulanan, membuat proposal, dan membereskan data permintaaan atasan. Di saat tersebut kita bolak balik pindah dari 1 tugas ke tugas yang lain dalam waktu singkat.

Menurut Arthur Markman, seorang profesor bidang Psikologi di Universitas Texas, ada jenis-jenis aktivitas yang sebenarnya tidak akan terlalu masalah jika dilakukan bersamaan jika aktivitas-aktivitas tersebut sudah menjadi kebiasaan. Contohnya, ketika masih anak-anak, ketika belajar berjalan kita harus berusaha fokus menapakkan kaki satu persatu untuk bisa seimbang, namun setelah dewasa kita bisa berjalan sambil berbincang dengan teman tanpa usaha yang lebih berat. Namun demikian adapula aktivitas yang seberapa seringpun kita lakukan tetap harus mengeluarkan usaha lebih, seperti berkendara sambil menelepon.

Siapakah yang punya kemampuan multitasking?
Penelitian ilmiah mengenai kognisi manusia menyatakan bahwa atensi manusia memiliki keterbatasan. Artinya, manusia pada dasarnya tidak bisa mengerjakan beberapa hal dalam waktu bersamaan atau yang biasa kita sebut dengan multitasking. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa jika seseorang mengerjakan beberapa hal bersamaan maka akan ada kekurangan (secara kualitas) atau kesalahan dalam salah 1 atau beberapa tugasnya karena terjadi "kemacetan" di dalam pusat sistem informasi kita. Namun demikian, sesuai dengan prinsip kurva normal, pastilah ada orang-orang yang memiliki kemampuan multitasking dengan mengalami 'kekurangan' yang lebih sedikit dibanding orang normal. Orang-orang seperti ini disebut dengan Supertasker. Apakah anda salah satunya? Markman menyatakan, supertasker hanya ada sekitar 10% dari seluruh populasi. Jika Anda merasa bagian dari 10% tersebut mungkin Anda perlu mengkuti tes yang Markman buat :)

Kenapa  dan siapa orang-orang yang melakukan multitasking?
Tuntutan pekerjaan yang banyak namun waktu terbatas, kadang itu yang membuat saya sering kali merespon email sambil mendengarkan rekan kerja saya berbicara. Apakah efektif? Hmm, setelah saya ingat-ingat ternyata tidak juga, karena ada saja informasi yang tidak saya tangkap ketika rekan saya bicara, atau juga terkadang saya mengetik kata yang salah (mostly, kata yang baru saya dengar) di body email saya, atau terkadang terlupa meng-upload attachment-nya. 

Kali ini, Prof. David Sonbanmatsu dari Universitas Utah menyatakan bahwa alasan utama orang melakukan multitasking adalah karena mereka merasa memiliki kemampuan multitasking, padahal sebenarnya mereka tidak semampu yang mereka pikir. Selain itu, melakukan multitasking dapat memberikan kita dorongan secara emosional. Contoh dalam kasus saya seperti ini: saya merasa 'hebat' karena bisa melakukan beberapa hal dalam waktu bersamaan dan terkesan produktif, padahal sebaliknya saya harus memberikan waktu tambahan lagi untuk memperbaiki kesalahan saya. 

Sonbanmatsu et.al (2013) dalam penelitiannya mencoba mengaitkan perilaku multitasking ini dengan beberapa konstruk kepribadian. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa impulsivity dan sensation seeking berkorelasi positif dengan perilaku multitasking.

Apakah multitasking benar-benar menguntungkan? 
Ilmuan Amerika dalam jurnal Cyberpsychology and Behaviour, mengemukakan bahwa seringnya orang muda melakukan multitasking mempengarhi kemampuannya untuk berkonsentrasi terhadap aktivitas intelektual tunggal seperti membaca textbook. Selain itu, sering terjadinya pergantian antar tugas dalam waktu dekat memicu hormon stres dan adrenalin yang selanjutnya berkaitan dengan level stres, rasa frustasi, beban kerja, tekanan yang lebih tinggi. Belum lagi masalah sosial dan komunikasi yang bisa terimbas karena kita sibuk dengan gadget kita ketika ada teman yang sedang bercerita lalu ia merasa tidak dihargai karena kita tidak benar-benar menyimak apa yang ia katakan. 

Setelah mendapat berbagai informasi tersebut, saya percaya bahwa memang kita tidak perlu memaksakan diri untuk bisa multitasking.

“Any man who can drive safely while kissing a pretty girl is simply not giving the kiss the attention it deserves,”  Albert Einstein

Sumber:








2 comments: