Tulisan ini merupakan isi sebuah
surat untuk memenuhi permintaan seorang
sahabat yang sedang bertugas di sebuah desa bernama Lamdesar Barat, Maluku Tenggara
Barat.
Januari 2013, tahap baru dalam
kehidupanku, dimana aku menyudahi masa baktiku di sebuah perusahaan yang
menurutku bukan tempat yang tepat bagi diriku. Di masa-masa aku mempertanyakan
kembali keputusan tersebut, kesempatan itu datang lewat seorang seniorku di
kampus, yang ketika di kampus juga secara tidak langsung mengajarkan aku
menenai visi dan misi hidup. Kak Hanna. Di saat itu, sahabat yang akan ku surati
ini lah yang meyakinkan aku juga untuk ikut terlibat disini.
Delapan bulan yang luar biasa
sejak Januari hingga Agustus 2013, aku bertemu dan belajar dari orang-orang
yang terlibat di Hari Sahabat Anak dan Jambore Sahabat Anak XVII. Tim acara
yang sangat bersahabat, panitia besar, pengurus harian, pengajar-pengajar area,
dan anak-anak. Rangkaian acara yang cukup panjang dengan sumberdaya yang
terbatas.
Banyak kesulitan yang kami
hadapi, tapi tidak usah aku ceritakan, apa saja yang kami hadapi, karena
kesulitan dan masalah sepertinya adalah hal yang mutlak ada dalam mempersiapkan
acara seperti ini. Ada 2 hal yang
menjadi kesimpulanku dari 8 bulan persiapan ini;
- Pertolongan Tuhan itu cukup dan tepat waktu
- Masih banyak orang yang peduli. Jika kita banyak mengeluh tentang negeri ini, mungkin justru itu karena kita kurang banyak berbuat.
24 – 25 Agustus, acara puncak
dari semua rangkaian kegiatan yang kami lakukan akhirnya tiba. Sesi demi sesi
terlewati, dan setiap prosesnya memberikan aku banyak pelajaran berharga.
Panitia beserta steering committee
dan tim kerja, pengisi acara, volunteer-volunteer
pendamping, terutama adik-adik saling menginspirasi di acara Jambore Sahabat
Anak. Rasa lelah berdiri, berlari, berpanas-panasan, rasa lapar dan haus
tersiram lenyap tiap kali melayangkan pandangan ke hampir 1000 anak dan 500
pendamping berkaos oranye di Bumi Perkemahan Ragunan saat itu. Selama ini,
ketika aku menjadi panitia inti atau seksi acara sebuah kegiatan, jarang sekali
aku bisa menikmati acaranya karena terlalu fokus pada persiapan teknis dan rundown. Tapi kali ini berbeda, hampir
tiap detik berharga bagiku. Walaupun kakiku sangat sakit, hatiku tak
berhenti bersyukur. Lewat tulisan ini, aku ingin merekam beberapa momen yang
tidak dilihat di atas panggung atau di pos-pos kegiatan, tapi terjadi di
parkiran, di samping panggung, dan di bawah pohon.
Sesi Tukar KADO di sore hari Sabtu,
sesi yang aku tanggungjawabi ini adalah sesi dimana 23 atlet Special Olympic
Indonesia (anak-anak penyandang down
syndrome dan tuna grahita) mengunjungi 25 tenda-tenda adik-adik peserta
Jambore dan sharing mengenai kesulitan dan prestasi mereka, mereka juga
memperagakan olahraga Bocce yang
mereka tandingkan di olimpiade untuk anak-anak dengan diffable (different ability). Aku pikir aku tak akan punya
kesempatan untuk mendengarkan sharing
mereka karena harus keliling tenda dan sesekali berdiri di tengah lapangan
kalau-kalau ada yang membutuhkan bantuan. Setelah acara sharing selesai, aku
mengantarkan teman-teman SOIna ke parkiran. Ketika tiba di dekat parkiran,
tiba-tiba ada seorang anak SOIna bilang “Kak,
aku seneng banget hari ini, lain kali kalau ada acara ajak-ajak ya Kak”
Darah aku berdesir deras lalu menahan
tangis ditengah fisik yang udah capek banget hanya tidur 3 jam dan ketika itu
sudah sekitar jam 6 sore. Aku melirik nametag-nya. Oh, namanya David Paul.
Malam harinya, tibalah waktunya
panggung hiburan. Penampilan pertama adalah panggung boneka dari Team Ceria.
Penampilan yang sebelumnya tidak direncanakan dan baru diputuskan 3 hari
sebelum hari H. Itupun karena Ka Filia (salah satu pemain) membantu aku mencari
pemain sulap yang akan mengisi salah satu workshop. Pertimbangan panitia menampilkan
panggung boneka di awal, karena takut kehilangan euphoria anak-anak karena sebelumnya diisi oleh musik dan gerak.
Semua itu ternyata tidak terbukti. Panggung boneka sangat seru, meriah, sama
sekali bukan sesuatu yang sepi, bahkan kalaupun diletakkan di akhir acara tidak
akan membosankan. Di dalam hatiku aku terharu, sementara mataku menatap
seribuan tawa anak-anak dan para pendamping yang sedang menonton. Lima belas
menit berlalu, durasi habis, dan kami membereskan perlengkapan panggung boneka.
Sebelum tim panggung boneka pergi karena harus ke acara lain, aku menyerahkan
amplop berisi pengganti transportasi untuk pengisi acara. Yang aku dapati
penolakan. Penolakan yang berbeda yang aku hadapi selama persiapan sebelum hari
H, dimana para pengisi acara workshop dan acara lainnya menyatakan ‘tidak
bisa’, ‘belum bisa dengan dana segitu’, ‘kalau untuk 1000 anak, kami belum
sanggup’, atau bahkan tidak ada respon. Namun, kalimat yang aku dapat kali ini
‘Ga usah Pid..inilah pelayanan kami...kembaliin untuk Sahabat Anak
aja’.....serius, air mataku sudah hampir keluar, tapi Ka Filia mengingatkan.
Pengisi acara satu per satu
tampil, Rainbow, Peduli Musik Anak, Rubato, semua dengan keunikan dan keseruan
masing-masing membawa keceriaan malam hari itu. Setelah lagu Bangun Pemuda Pemudi yang kami nyanyikan dengan lantang bersama band Rubato, acara malam ditutup, panitia
kembali dengan persiapannya.
Minggu pagi, tanggal 25 Agustus,
jam 5 lewat anak-anak sudah banyak yang menunggu di depan panggung utama untuk
senam pagi. Luar biasa semangat mereka. Acara games berlanjut setelah sarapan,
kemudian penutupan setelah makan siang. Momen besar bagi 10 proyek terbaik KADO
(Karya Anak Indonesia), karena akhirnya di siang itu kami semua mengetahui
siapa 3 besar dan juara favorit proyek yang dilakukan selama 3 bulan ini.
Setelah diumumkan para pemenang, seketika rasa haru berkecamuk di hati melihat
kakak-kakak pendamping berpelukan sambil menangis bersama adik-adik, bahagia
karena kerja kerasnya berbuah manis. Di kepalaku terputar memori saat-saat
persiapan mereka. Tak jarang aku mendapatkan sms malam hari, mendapat laporan
bahwa kelompok X sedang berkumpul mempersiapkan proyeknya. Belum lagi saat mengunjungi
launching proyek-proyek ini, melihat
sendiri tempat belajar mereka, melihat semangat adik-adik dan mendengarkan
perjuangan kakak-kakak pendamping. Mereka semua hebat! Menang atau tidak
menang.
Mendengar langsung dari para
pengisi acara, fasilitator, dan teman-teman lain bahwa mereka terinspirasi dari
anak-anak ini juga jadi penawar rasa lelahku. Sebelumnya di sesi games, ada
adik yang tiba-tiba nyeletuk “Ih iya Kak, mereka (teman-teman SOIna) hebat
banget! Mereka sampe tanding ke luar
negeri. ” Ah, ternyata setiap orang saling menginspirasi =)
No comments:
Post a Comment