Sehari setelah perayaan kemerdekaan Bangsa Indonesia, gue menemukan
fakta bahwa ada banyak penjajahan yang sedang kita alami saat ini. Dulu gue
cuma denger lewat berita-berita dan saking seringnya udah nganggap itu klise
aja. Tapi kali ini gue bener-bener tersentak karena gue melihat dengan mata
kepala gue sendiri. Ada 2 kisah yang gue lihat langsung.
Pertama, sebuah keluarga dengan anggota ayah, ibu, dan 4 anak
perempuan. Rumah mereka di sebelah tenggara rumah tante gue. Si Ayah seorang pelaut, yang sepertinya sudah
lama tidak pergi melaut. Anak sulung bernama Aziza. Mereka jarang sekali keluar
rumah. Suatu kali tante gue cerita kalau ternyata si Aziza pernah dibotakin
oleh Ayahnya dan dipaksa memakai jilbab. Umur Aziza masih sekitar 7 tahun.
Ngilu banget denger ceritanya. Ternyata ga cuma itu, Ayah Aziza juga sering
memukuli Ibu Aziza. Parahnya, ini didengar oleh anak-anak tetangga mereka.
Kebayang ga sih? Gue sih agak ‘tidak peduli’ dengan Ayah dan Ibu Aziza. Yah, menurut
gue itu konsekuensi persiapan dan pengenalan mereka sebelum menikah.
Yang membuat gue takut adalah anak-anak. Aziza dan adik-adiknya, juga
anak-anak tetangga (Nita & Christine) yang mendengar KDRT yang terjadi di
rumah Aziza. Gimana mereka bisa tumbuh dengan baik kalau orang tuanya begitu.
Yang gue takutkan lagi adalah Aziza dan adik-adiknya kan semua perempuan,
mereka bisa trauma dengan laki-laki nantinya. Tante bilang, itu kenapa Tuhan
kasih anak perempuan semua ke keluarga mereka, supaya ayah Aziza tahu gimana
menghargai perempuan.
Cerita kedua berasal dari keluarta tetangga Aziza, yaitu Nita dan
Christine. Nita kelas 4 SD dan Christine kelas 1 SD. Mereka ini anak-anak yang
cukup cerdas dan ramah. Sayang, ayah mereka masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Di komplek perumahan itu, ada anak-anak dari keluarga lain yang
berkecukupan (Jessica, Nunga, Aulia) tapi anak-anak ini sepertinya tidak
dididik dengan baik oleh orang tuanya. Mereka sering berkata kasar, angkuh, dan
merendahkan orang lain. Suatu hari, Nita pernah bercerita sambil menangis ke
tante. Nita bilang dia dikatai ‘miskin’ oleh Jessica. Gilaaakk!! Gue pikir, ini cuma ada di
sinetron-sinetron!! Kesian deh si Nita dan Christine. Sejak itu, mereka ga
pernah main dengan Jessica dan adik-adiknya. Itu baru 1 “ketidakmerdekaan” yang
dialami Nita dan Christine.
Malam harinya, gue sengaja buka pintu samping rumah tante. Tiba-tiba si
Nita dateng dan bilang “ Kak, mau ngajarin aku PR IPA ga?” Yah, gue dalam otak
yang mikir “apa sih IPA kelas 4 SD, pasti gampang” langsung aja nyeplos “ya
udah Nit, kerjain di sini aja Prnya”. Lalu dengan semangat si Nita pulang ambil
buku dan alat tulisnya.
Jeng-jeeeeng....yang dibawa cuma tempat pensil dan 1 buah LKS. Ya udah
deh pikir gue ga masalah. Dengan semangat dia kasih lihat PR-nya. “Kak, PR aku
dari sini sampe sini.” Dengan tenang gue baca pertanyaannya satu-satu daaaann
sambil nelen ludah, gue ngomong dalem hati “buset, soalnya tentang tulang,
rangka, dan penyakit-penyakitnya.” Gue
ga nyangka soalnya sesusah itu. Spontan gue tanya “Buku paketnya mana
Nit?” Terus si Nita jawab “Ga ada kak,
mama belum punya uang buat beli buku paketnya. Bukunya mahal Kak, satunya aja
45 ribu.”
Nyeseeeekkkk meeennnn!!!! Gue inget banget pas gue sekolah nyokap
langsung nanya list buku yang dipake di sekolahan pas minggu-minggu pertama
masuk semester baru. Nyokap bilang ga akan bisa pinter kalo ga punya buku. Hadeeuuhhh, waktu itu gue langsung nahan
emosi dan tetep stay cool. “Ya udah, kamu baca dulu di ringkasan depannya
ya”. Berkat pengetahuan gue yang luas
(padahal jawabannya nanya ke tante yang emang orang kesehatan) dan emang dasar
Nita yang cerdas dan mau diajarin trik menjawab pertanyaan, akhirnya PR tentang
tulang belulang selesai juga malam itu.
Sepulangnya Nita ke rumahnya, pikiran gue melayang-layang.. Ya ampun
untuk anak –anak seperti Nita yang sebenernya cerdas ada kemerdekaan untuk
belajar ga ya? Buku aja ga punya. Orang tua mereka juga terbatas sekali untuk
pengetahuan, mereka bahkan ga bisa mengandalkan orang tuanya untuk mengajarkan
pelajaran SD. Fyi, ibunya Nita ternyata tidak bisa melihat/membaca jam. Pikir
gue, gimana nanti kalau anak-anak ini sudah SMP. Kalau kondisinya masih sama,
gimana bisa maju? Kalau anak-anak ini ga maju, gimana mereka bisa keluar dari
kondisi yang seperti ini? Yah lingkaran setan..
Well, itulah beberapa ‘ketidakmerdekaan’ yang gue temui langsung di
masa peringatan kemerdekaan ini. Gue tiba-tiba teringat salah satu twit dari
UNICEF (UNICEF Indonesia kalo ga salah), yang bertanya ‘’What is your promise
for children?”
No comments:
Post a Comment