Hari ini adalah hari Pahlawan dan hari
Pahlawan tahun ini lebih berkesan dibanding hari Pahlawan tahun sebelumnya (yang saya rayakan dengan makan gulai jengkol yang dibeli di warteg dekat
kostan). Kenapa tahun ini lebih berkesan? Kemarin (Sabtu, 9 Nov)
saya bertemu dengan orang-orang yang saya anggap pahlawan-pahlawan muda
Indonesia, orang-orang yang punya semangat berbagi yang luar biasa!
Kami semua berkumpul di
Kementrian Pemuda dan Olahraga untuk mengikuti seleksi tahap II peserta Youth
Adventure and Youth Leaders Forum 2014 yang di adakan oleh Gerakan Mari Berbagi.
Peserta yang hadir ini berasal dari berbagai daerah. Ada yang datang dari Aceh, Cepu,
Yogyakarta, Semarang, Kupang, Sulawesi, dan lain-lain. Kabarnya ada juga
pendaftar yang berasal dari Papua. Semua peserta seleksi yang hadir datang dengan biaya sendiri.
Cuma satu hari memang, tapi banyak
hal menarik yang saya temui di momen ini. Pertama, sebelum hadir di acara ini,
kami diminta untuk membawa bekal makan siang masing-masing. Awalnya saya pikir
merepotkan. Namun setelah dijelaskan barulah saya paham, bahwa sebenarnya
panitia sedang menerapkan prinsip berbagi di sini. Mereka telah bekerja secara
suka rela demikian pula para juri (sekitar 15 orang) yang menilai kami semua,
maka kami pun harus bertanggung jawab terhadap diri kami sendiri. Lewat prinsip
itu, kami belajar bahwa acara berkualitas berjalan baik tidak selalu dengan
dana besar. Jika peserta membawa makanan sendiri, betapa besar biaya yang bisa
dialokasikan untuk hal bermanfaat lainnya.
Bukan cuma panitia dan peserta,
bahkan para juri juga membawa bekal sendiri. Lebih hebatnya lagi, mereka banyak
yang terbang dari luar kota dan baru tiba di Jakarta hari Jumat malamnya. Para
peserta seleksi ini tidak kalah hebat. Kami di-encourage untuk memanfaatkan
momen itu untuk berkenalan dan ngobrol dengan sebanyak-banyaknya orang. Prinsipnya,
waktu terpenting dalam hidup kita adalah ‘now’ dan orang yang terpenting dalam
hidup kita adalah orang yang sedang berada di sebelah kita. Jadilah kami
mengobrol sangat banyak dan dengan banyak orang.
Oh ya, saya juga terkesan saat
pembukaan acara ini, doa tidak hanya dipimpin oleh agama mayoritas tetapi juga
bergantian oleh perwakilan agama lain. Di acara pembukaan, kami menyanyikan
lagu Indonesia Raya dan membacakan Sumpah Pemuda. Sekitar pukul 9 pagi, waktu seleksi pun tiba. Kami
dibagi dalam 6 kelompok dan akan melewati 6 pos seleksi. Ada tes fisik, visi
misi, bahasa Inggris dan prestasi, cultural
performance talents, dinamika kelompok, dan affirmative. Saya sendiri merasa rendah diri waktu itu melihat
teman-teman lain yang sudah jadi pemimpin di sana-sini, punya bakat keren, dan
prestasi selangit. Walaupun begitu, saya senang dan belajar dari mereka.
Di kelompok saya ada 2 orang yang berasal dari Aceh (bekerja di NGO di Aceh), 1 orang dari Yogyakarta (dan pernah ke Utrech University di Belanda), 1 orang dari Kupang (dan sedang mencoba berkarya di dunia politik). Satu-satunya yang asli berasal dari Jakarta adalah mantan ketua BEM Universitas Indonesia, kampus dimana saya dulu belajar dan saya tidak pernah menyangka bisa mengobrol sedekat itu dengan tokoh kampus ini. Mereka hebat-hebat sekali. Kami tidak hanya ngobrol di dalam kelompok, tapi juga ikut-ikutan ngobrol dengan kelompok lain. Sambil menunggu giliran interview, kami bercerita banyak hal mulai dari pengalaman pribadi (ada yang hampir mati di gunung Semeru dan berbagi pelajaran yang ia dapat), perekonomian Indonesia, pemilu 2014, optimisme untuk Indonesia ketika nanti dipimpin oleh Generasi Y dan budaya (ada yang penasaran dengan kompleksnya budaya Batak, haha). Tidak hanya hal serius, kami juga banyak bercanda dan bernyanyi santai.
Di kelompok saya ada 2 orang yang berasal dari Aceh (bekerja di NGO di Aceh), 1 orang dari Yogyakarta (dan pernah ke Utrech University di Belanda), 1 orang dari Kupang (dan sedang mencoba berkarya di dunia politik). Satu-satunya yang asli berasal dari Jakarta adalah mantan ketua BEM Universitas Indonesia, kampus dimana saya dulu belajar dan saya tidak pernah menyangka bisa mengobrol sedekat itu dengan tokoh kampus ini. Mereka hebat-hebat sekali. Kami tidak hanya ngobrol di dalam kelompok, tapi juga ikut-ikutan ngobrol dengan kelompok lain. Sambil menunggu giliran interview, kami bercerita banyak hal mulai dari pengalaman pribadi (ada yang hampir mati di gunung Semeru dan berbagi pelajaran yang ia dapat), perekonomian Indonesia, pemilu 2014, optimisme untuk Indonesia ketika nanti dipimpin oleh Generasi Y dan budaya (ada yang penasaran dengan kompleksnya budaya Batak, haha). Tidak hanya hal serius, kami juga banyak bercanda dan bernyanyi santai.
Ketika acara selesai sekitar jam 6 sore, kami hampir
tidak mau pulang karena asiknya berinteraksi dengan sesama peserta dan mendengar
cerita dari inisiator Gerakan Mari Berbagi. Walaupun begitu, kami tidak bisa memilih.
Di perjalanan pulang, saya berjalan dengan 4 teman lain. Saya kaget ketika seorang teman yang berasal dari Solo hanya diberikan uang 50.000 rupiah oleh orang tuanya untuk ke
Jakarta ini dan menginap di kontrakan sempit pamannya yang berjualan
gorengan. Salut dan hormat saya untuk semangat dari orang-orang hebat ini, mulai dari para panitia, juri, hingga peserta seleksi
Youth Adventure and Youth Leaders Forum 2014. Bertemu dan berinteraksi dengan mereka membuat saya makin optimis bahwa bangsa kita punya banyak pejuang yang akan membawa bangsa Indonesia menjadi lebih baik.
No comments:
Post a Comment