Sore ini, gue menjalankan hobi gue yaitu ngerandom dan kegiatan random yang paling biasa gue lakukan adalah nonton dan film yang jadi target gue kali ini adalah "Cita-citaku Setinggi Tanah". Film Indonesia? Ya emang...
Kalo Mas Inov bilang " Ngapain sih nonton film Indonesia? Tunggu aja di tipi!"
Kalo gue bilang "Kalo bukan kita yang apresiasi, siapa lagi?". Gue ga rela kalo film porno berkedok horor ternyata lebih laris dibanding film keluarga dan edukasi. Ciihh!!!
Waktu udah menunjukkan pukul 16.30 WIB sementara jadwal film ini di bioskop terdekat dimulai pukul 16.50. Berbekal "makhluk paling murahan untuk diajakin ngerandom" di kantor, yaitu Deni Lamita Sari, akhirnya gue berangkat ke bioskop. Dengan jurus ninja, akhirnya kita bisa sampe di lokasi dalam waktu 10 menit. Huahahahaha...agak ngos-ngosan sih..tapi demi ga kelewatan nonton, tekad kami sekuat baja *lebay*
Setelah beli tiket dan buang air kecil, gue dan Mita masuk ke teaternya. Di sana sudah ada seorang laki-laki gempal yang duduk dengan anggun bak seorang raja yang siap menikmati seantero teater sendirian..sayangnya ada kami yang merusak suasana...hahahaha!
Yap, di 15 menit pertama isi teater cuma ada 3 orang... ini biasa terjadi sih selama beberapa kali gue nonton film edukasi Indonesia -___-
Udah lah ga penting nih intro-nya... Now, I'm going to write down many insights that I got from this film. I wanna convince you that I will not make a review or rate this film...
Well, let's start:
"Cita-cita itu bukan cuma untuk ditulis tapi untuk diwujudkan"
Nah lo Pid! Action Pid! ACTION!!! Cita-cita jangan cuma dipikirin doang...hahahhaha...
"Yang penting bukan seberapa banyak, seberapa tinggi, dan seberapa besar cita-cita mu, tapi bagaimana usahamu untuk mewujudkannya"
*Langsung mikir, selama ini apa yang udah gue lakukan untuk mewujudkan cita-cita gue*
*Banging head on the wall*
"Para orang tua, hati-hati! Jangan-jangan Anda memaksakan cita-cita Anda kepada anak Anda!"
dan
"Anak-anak, apakah cita-cita mu benar-benar apa yang kamu inginkah? Bukan cita-cita orang lain?"
Insight ini gue dapet dari si Mey dan Emaknya..Si Mey 'katanya' bercita-cita' jadi artis...Tapi yang gue tangkep, Emaknya justru lebih terobsesi jadiin si Mey artis. Kemungkinan dulu dia pengen jadi artis tapi ga kesampean..
"Cita-cita anak-anak itu bisa berubah-ubah. Ga masalah. Yang penting lingkungan mendukung cita-citanya saat ini. Selanjutnya, penjalanan dan waktu yang akan membuat anak memikirkan kembali apa yang dia mau"
Ini terjadi pada Agus si tokoh utama, cita-cita awalnya adalah Makan Nasi Padang, ujung-ujungnya ternyata cita-cita sebenarnya adalah jadi penyanyi (penasaran? silakan tonton sendiri ^^)
Itulah beberapa, insight yang gue dapat dari film ini ^^
Dan tulisan ini, akan gue tutup dengan lirik lagu soundtrack film ini:
Mimpi Takkan Berlari
Cuci kakimu sebelum kau tidur, ambil secarik kertas, tuliskan mimpimu
Jadi apapun, yang kamu inginkan, karena mimpi takkan berlalri
Buka matamu, oh sambutlah pagi! Jika belum terjadi, jangan kau sesali!
Masih ada waktu tuk nikmati hidup, sebelum nanti akan terhenti..
Meskipun tak setinggi langit, dan hanya menjadi sebuah tradisi,
Ku kan selalu mengejarmu dan kau takkan berlari..
Cita-cita setinggi langit atau tanah...Ku pasti bahagiaa....
Kesuksesan mencapai cita-cita bisa kita dapat baik dalam PROSES mencapai cita-cita itu juga SAAT mencapai cita-cita itu :)
No comments:
Post a Comment