Pages

Sunday 2 April 2017

Inspirasi dari Sombori


Sombori, sebuah desa kecil di pelosok ibu pertiwi namun sungguh memikat hati. Desa ini terletak di provinsi Sulawesi Tengah, namun dapat diraih dengan 7-8 jam perjalanan darat/laut dari Kota Kendari. Masyarakat desa ini adalah suku Bajo yang biasa membangun rumah di atas air.

Hari itu, aku dan teman-teman disambut Bapak Kepala Desa atau biasa dipanggil Pak Desa di kantornya. Ternyata, karena kecilnya desa ini, biasanya para tamu seperti kami ditampung di balai desa. Beruntung, Pak Desa memberi kami izin untuk tidur di ruangan kosong di sebelah kantornya yang percaya tidak percaya adalah kemewahan besar untuk para tamu wisatawan.

Sombori, selain alamnya indah, desa ini juga memiliki orang-orang dengan hati yang indah. Pak Desa salah satunya. Pak Desa membuat saya optimis bahwa ada orang-orang lurus dan cerdas yang berjuang buat masyarakatnya, walaupun tiap hari tawaran uang bersileweran di depan mata. Pak Desa sendiri sering ditawari harta kekayaan agar dapat menjual pulau di wilayahnya. Aku juga bisa melihat betapa Pak Desa juga membangun aturan-aturan bagi wisatawan agar kedatangan mereka juga dapat membantu masyarakat setempat, contohnya mandi di rumah warga (tidak semua punya kamar mandi dan air bersih), pesan makan dengan warga, menetapkan tarif untuk tour guide yang merupakan warga setempat. Pak Desa juga dengan bijak mengatur giliran masyarakat yang bertugas agar semua bisa kebagian rezeki.

Aku dan teman-teman juga bertemu dengan nenek dan bapak asli suku Bajo di seberang pulau tempat kami menginap. Nenek dan kakek ini, berjuang menentang penjualan pulau ke pihak lain yang jika terjadi tentu merugikan masyarakat setempat. Hari itu saja, aku dan teman-teman tidak bisa masuk ke sebuah pulau untuk naik ke atas tebingnya, karena pulau tersebut ternyata sudah dikelola dan dikuasai orang lain.

Malam harinya, aku dan teman-teman duduk-duduk dan mengobrol hingga larut malam dengan Pak Guru sekaligus kepala sekolah di desa Sombori. Ternyata hanya ada 5 guru di desa tersebut (termasuk beliau) dan hanya ada 47 anak Sekolah Dasar dari kelas 1 hingga kelas 6. Semangat Pak Guru yang tiap beberapa tahun sekali pindah pulau untuk mengajar benar-benar menyentuh. Pak Guru sendiri bercerita dia juga banyak berubah karena karakter anak-anak. Tadinya Pak Guru adalah orang yang diktator, namun dia menyadari bahwa anak-anak semakin menjauh. Sekarang Pak Guru menjadi sosok yang lebih ramah, suka bercanda dan dekat dengan anak-anak. 

Ahh, kurang lama rasanya di sana. Perjalanan bertemu dengan orang-orang yang berbeda, alam berbeda memang selalu membuat rasa syukur tak henti-hati terucap dalam hati. Semoga bersama orang-orang berhati indah ini, Sombori semakin baik dan membawa manfaat bagi semua orang yang bersentuhan dengannya.




No comments:

Post a Comment