Pages

Thursday 6 March 2014

Pelajaran di Balik Sesi Critical Thinking

Sebelum kegiatan di Youth Adventure!Youth Leaders Forum 2014, selama 3 minggu sampai H-1 berangkat ke Yogya, saya mendapat tugas kantor ke salah satu daerah di Kalimantan Tengah. Setiap kali melihat update tugas di website Gerakan Mari Berbagi, saya agak stres karena takut tidak bisa mengerjakannya ditengah-tengah tugas lapangan saya. Selama 3 minggu tersebut, saya biasa kembali ke mess dalam kondisi lelah sekitar pukul 10 malam, sementara lampu padam setiap jam 12 malam hingga pukul 4 pagi.

Walaupun stres, bagian lain dari otak  saya sangat tertarik dengan semua tugas yang diberikan sejak awal pendaftaran, misalnya essay pendapat mengenai 2 buah artikel, membuat proposal giving back program. Bahkan setelah lolos seleksi,  tugas menulis dan tugas membaca masih saja bertambah sampai seminggu sebelum hari H acara Youth Adventure! Youth Leaders Forum 2014.

Salah satu tugas yang diberikan menjelang hari H adalah membaca novel berjudul Anthem, karya Ayn Rand dan menjawab beberapa pertanyaan yang  diberikan oleh Inspiring Leaders untuk sesi Critical Thinking. Setelah perjuangan mencicil membaca e-book Anthem lewat layar HP dan disela-sela waktu perjalanan ke lapangan, akhirnya saya berhasil menyelesaikan novel yang ternyata sangat menarik tersebut dan dengan senang hati menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Sebenarnya saya sendiri tidak percaya diri dengan jawaban yang saya berikan, bahkan saya malah balik mempertanyakan makna pemberian nama tokoh di novel tersebut. Saya sudah bayangkan pasti jawaban teman-teman yang lain sangat keren. Saya pikir ah, ini kan proses pembelajaran, harus dinikmati."

Tiga minggu berlalu, saya izin pulang dinas lebih dulu dibanding tim yang lain. Saya berangkat ke Yogya, mengikuti rangkaian program dan akhirnya tiba di hari H dimana sesi Critical thinking diberikan. Kak Reslian Pardede dibantu Kak Dede Prabowo menjadi Inspiring Leaders di sesi ini. Di awal sesi, Kak Lian membacakan 2 tulisan teman-teman yang dianggap bagus dan mengonfirmasi isi jawabannya. Wah, keren-keren sekali tulisan mereka. Ah, sudah lah! Tulisan saya sepertinya tidak akan masuk ke dalam kategori baik, berhubung mengerjakannya di dalam kondisi yang kurang mendukung.

Kak Lian kemudian hampir masuk ke dalam materi yang sudah ia persiapkan, namun sesaat sebelum itu, ia membacakan salah satu jawaban saya sebagai pengantar masuk ke dalam materi. Senangnya bukan main! Hehehe…Serius, saya ga menyangka…sepanjang sesi, saya berefleksi. Ternyata benar yang disering di katakan Bang Az (Inisiator Gerakan Mari Berbagi), kira-kira begini  “Berbuatlah yang terbaik dalam tiap detik hidup dan ikhlas! Bonus lain belakangan!”. Mungkin kondisi saya waktu mengerjakan tugas bukanlah kondisi yang baik, tapi itulah hasil dari usaha terbaik yang bisa saya berikan di kondisi tersebut dan saya berusaha mengerjakannya dengan senang hati.

Di akhir sesi, Kak Lian dan Kak Dede ternyata membawa oleh-oleh buku karya Ayn Rand lainnya. 1 orang teman mendapat buku asli “Anthem”, 1 orang mendapat “The Fountainhead”, dan saya mendapat buku yang kabarnya adalah Ayn Rand's masterwork yang berjudul “Atlas Shrugged”. Rasa senangnya masih terasa sampai sekarang. Mungkin karena saya sangat suka buku, dan di hari itu secara tak terduga mendapat 2 buah buku (1 buku dari sesi lainnya), selain itu saya juga baru saja tertarik dengan Ayn Rand. Di luar itu, pelajaran terpenting yang saya dapat adalah ketulusan dalam mengerjakan segala sesuatu. Sejak sesi itu berakhir, saya berjanji kepada diri saya sendiri untuk tidak mengeluh terhadap tugas apapun. Walaupun tidak suka, harus tetap berusaha mengerjakannya dengan kemampuan terbaik yang saya bisa dan ikhlas. Masalah hasilnya ternyata lebih jelek dibanding orang lain, toh itu juga akan jadi proses pembelajaran kan?

Thanks to Kak Lian and Kak Dede! 


No comments:

Post a Comment