Pages

Monday 21 September 2015

My First Week in Manchester




Tak terasa sudah seminggu saya berada di Manchester. Masih ada 1 tahun kedepan yang akan saya habiskan di kota ini untuk menempuh pendidikan lanjutan saya. Satu minggu ke belakang, saya sibuk berkeliling kota mengunjungi tempat-tempat di kota ini. Sebagai new comer, menarik dan menyenangkan sekali mengamati kebiasaan-kebiasaan masyarakat lokal di sini. Sebelum cerita lebih lanjut, inilah check point pertama saya di kampus yang makin hari saya makin jatuh cinta.




Sejauh ini, masalah adaptasi yang paling berat adalah masalah bahasa. Aksen yang digunakan oleh orang Inggris agak berbeda dengan American English yang lebih familiar dengan orang Indonesia. Ditambah lagi, aksen Mancunian (sebutan untuk penduduk asli Manchester) yang kadang terdengar seperti dengungan kumbang di telinga saya.

Terkait makanan, sejauh ini tidak ada masalah karena di kota ini kamu bisa menemukan segala makanan hampir dari segala penjuru dunia. Di kota ini juga banyak pendatang IPB (India, Pakistan, Bangladesh), jadi restoran-restoran ala timur tengah juga sering dijumpai. Restoran dan coffee shop Italia juga banyak. Bagaimana dengan Chinese Food? Di kota ini juga ada China Town dan ada sebuah supermarket bernama WH Lung di dekat kampus yang menjual produk-produk Chinese Food dan Melayu, sampai durian monthong pun ada.

Ada beberapa kebiasaan di tempat umum yang saya kagumi di kota ini.

1. Ketika makan di food court, kamu harus merapihkan bekas makananmu sendiri. Nampan di letakkan di tempatnya. Sampah di masukkan ke tempatnya sesuai jenisnya. Dengan begitu, orang selanjutnya yang akan menggunakan meja kita akan nyaman.



2.  Koran pagi gratis di bus. Jika kamu naik bus di pagi hari, kamu akan menemukan box tempat koran gratis yang bisa kamu ambil dan baca sepanjang perjalanan. Benar-benar simbol pemanfaatan waktu dan penghargaan terhadap informasi ya?!

3. Orang-orang Manchester sangat ramah. Panggilan 'love' adalah panggilan yang sangat wajar. Jadi jangan GR kalau kamu tiba-tiba ada orang yang menyapa "Good morning, Love!" Hahhaha. Saya sudah 2 kali nyasar ke tempat yang cukup jauh. Ketika terlihat bingung, ada ada yang nanyain saya mau kemana. Sopir bus juga sangat membantu.  Walaupun begitu, saya merasa supir bus di Brisbane dan sekitarnya jauh lebih ramah karena mereka selalu menyapa "Good Morning" dan "Have a great day"

4. Bangunan klasik dan museum. Oh, I love them! You can find them everywhere for free!

Ada hal yang disuka, tentu ada hal yang tidak disuka. Apa saja?

1. Cuaca. Suhu udara di sini sangat dingin. Suhu tertinggi selama saya di sini 15 derajat celcius dan terendah 7 derajat dan ini masih musim gugur. Saya masih belum terbayang jika sudah memasuki winter. Lebih dari suhu, masalah utama kota Manchester adalah default weather-nya hujan dan dalam sehari kamu bisa mengalami 4 musim. Pastikan kamu membawa payung atau hoodie jumper kemanapun pergi.

2. Kebiasaan nyebrang sembarangan. Di kota ini ada banyak penyebrangan untuk pejalan kaki dan dilengkapi tombol signal yang menandakan kapan boleh menyebrang dan kapan tidak (seperti di depan Mall Ambassador), tapi sayangnya kebanyakan orang mengabaikan itu dan menyebrang sesuka hati.

3. Sistem transportasi yang belum terintegrasi. Dibanding Jakarta, Manchester masih kalah dibagian sistem transportasi terintegrasi. Apa maksudnya? Kalau di Jakarta, kamu bisa naik Trans Jakarta dan Commuter Line dengan kartu e-money (flazz, dll) yang sama. Di Manchester, kamu akan punya banyak kartu atau tiket. Kamu tidak bisa menggunakan kartu bis mu di kereta atau tram.

4. Pengalihan jalan. Pembangunan di kota ini boleh dibilang ga ada habisnya. Perbaikan jalan, gedung, fasilitas umum, dll. Mungkin memang perlu maintenance yang lebih sering mengingat cuaca di sini sangat labil. Namun, dampaknya adalah pengalihan jalan. Kamu bisa saja turun di suatu jalan pulang ke rumah di sore hari, dan keesokan paginya kamu sudah tidak bisa menuggu bus di jalan tersebut karena sudah mulai di bongkar. 

Baiklah, segitu dulu cerita dari kota Manchester. Agak penasaran, kalau 6 bulan lagi saya baca tulisan ini, apakah masih merasakan hal yang sama.

Wish me luck!


No comments:

Post a Comment