Pages

Thursday 4 July 2013

Kesempatan Si Pengamen

Akhir-akhir ini semangat saya lagi gelap dan dingin sesuai dengan cuaca kota Jakarta yang mendung dan hampir tiap hari dibasahi air hujan. Mulai deh sindrom-sindrom negative thinking mendominasi otak dan yang pengaruh ke selective attention. Di antara hal-hal baik yang masih terjadi dalam hidup, yang fokus terlihat malah yang 'dianggap jelek' (padahal belum tentu begitu).

Anehnya, seringkali kalau saya sedang berada dalam kondisi begini, ada aja hal-hal tak terduga yang membakar semangat yang hampir basi tadi. Satu hal saya alami pagi ini lewat cerita dari seorang rekan kerja (Kak Rani) yang cerita tentang mantan bosnya terdahulu, sebut saja namanya Pak Levi. Waktu itu, di sesi sharing pagi di kantor Pak Levi bercerita tentang pengalamannya bertemu dengan seorang pengamen di perjalanan menuju kantor. Begini ceritanya:

"Pagi itu seperti biasa Pak Levi naik KRL dari rumahnya menuju kantor. Untuk sampai di depan kantor, Pak Levi harus menyambung kopaja dari stasiun kereta. Ketika di kopaja, adalah seorang pengamen yang bernyanyi. Pak Levi berasumsi si pengamen adalah pengamen baru yang tidak percaya diri. (Pak Levi ini adalah seorang psikolog). Kenapa dia bisa berasumsi begitu? Karena si pengamen masih berpakaian rapi dan ketika bernyanyi suaranya sangat kecil. Pak Levi sendiri adalah orang yang katanya suka berbagi. Dia berprinsip harus berbagi dengan berapapun yang dia punya. Waktu itu, ia ingat bahwa ia hanya punya selembar sepuluh ribuan di kantong dan ia berniat memberikan itu kepada si pengamen. Pak Levi yang duduk di bangku paling belakang, sudah menunggu si pengamen menghampirinya sambil mengkuwel-kuwel uang sepuluh ribuannya untuk dimasukkan ke kantong plastik si pengamen. Namun, ternyata si pengamen tidak sampai ke bangku paling belakang dan tiba-tiba ikut turun dengan penumpang lain padahal kantong plastik baru dia edarkan sampai bangku tengah.Pak Levi berpikir, sayang sekali si pengamen ini melewatkan kesempatan untuk dapat sepuluh ribuannya padahal tinggal sedikit lagi dia jalan ke bangku Pak Levi."

Setelah bercerita, Pak Levi menyerahkan interpretasinya kepada orang-orang yang saat itu mendengarkan ceritanya :)

Pelajaran yang saya tangkap dari cerita ini adalah kesempatan itu harus dijemput. Terkadang dalam hidup, kita berjuang sampai tahap tertentu dan menyerah. Padahal tinggal beberapa langkah lagi kita bisa mendapat kesempatan yang telah disiapkan untuk kita.

Bagi semua kita yang sedang memperjuangkan sesuatu, berjalanlah dengan percaya diri, lakukan yang terbaik, dan jangan berhenti karena kita tidak tahu melalui apa dan kapan kesempatan itu datang. Yang pasti, ketika kesempatan datang, pastikan kita siap.


*Oh ya, bagi yang belum tau, selective attention itu adalah proses kognitif dimana kita konsentrasi terhadap satu hal di sekitar kita dan mengabaikan hal-hal lainnya.Contohnya: kita bisa melihat banyak benda sejauh mata kita memandang, namun ketika kita sedang fokus mengetik maka selective attention kita adalah layar laptop/komputer, sedangkan benda-benda lain yang terlihat sekilas sebagai bayangan bahkan kadang sensasi indra lain seperti suara teman yang sedang memanggil juga terabaikan.*

2 comments:

  1. masih bingung apa hubungan cerita pengamen dengan selective attention

    ReplyDelete
  2. memang ga ada hubungannya, cuma cerita pengantar aja kok =)

    ReplyDelete