Pages

Saturday, 14 November 2015

Love in Life

Should I complain about how not fair the life is?
The life that makes you don't believe in love again.
Love that always hurts you.
Is that the love what for?
People told me that love brings you happiness.
Yeah, they might be true.
But, not for me, maybe.
When the lovers express how wide, big, and deep their love is...
why am I sitting here, questioning wide, big and deep our distance is?
Unreachable!

Should I complain about how not fair the life is?
The life that makes you look like the victim,
and I'm the bastard.
The scenario that life shows is: I break your heart.
Don't you know?
I don't break yours, yet mine.
The all smiles are fake.
I'm crying inside.
It hurts me deeply because I'm not able to tell you my feeling.
I hate to realize telling you my feeling will make this life worse.

Should I complain about how not fair the life is?
The life that only hurts me without allowing me blaming on it.
No one stands by me. Not even myself.
Even my mind and my heart are against me. 
My logic makes my heart falls apart.
My heart puts my brain down for choosing you to be in love with.
My brain commands my body to keep strong and brave.
Strong to keep walking in the freezing wind and brave to let you go.

And...
at this point, I'm tired of everything happens inside me.
My heart is freezing.
I feel the warm teardrop touches my cheek.
The last feeling I had, till I'm grateful that I'm not alive again.


Nov, 2015
Manchester

Monday, 9 November 2015

Upacara Remembrance Day

Tahun lalu 2014, pertama kalinya saya mengetahui hari yang bernama Remembrance Day. Waktu itu saya berada di Australia, namun saya hanya bisa melihat sekelompok orang berkumpul di tugu-tugu peringatan dari dalam bus.

Hari ini saya ikut secara langsung Remembrance Day Service di Albert Square - Manchester. Seperti hari Pahlawan di Indonesia, hari di mana masyarakat mengingat kembali orang-orang yang berjuang untuk perdamaian dan kemerdekaan (peace and freedom). Para veteran, keluarga dari para pejuang, masyarakat berkumpul dan melakukan upacara. Tepat pukul 11.00, semua orang (yang paham) diam sejenak selama 2 menit. Di Indonesia kita mengnenalnya dengan mengheningkan cipta.

Bagian terbaik dari upacara hari ini adalah doa yang dipimpin bergantian oleh para pemuka agama di Manchester (Muslim, Kristen, Katolik, Sikh, Hindu, Jain dan Jewish).

Sebuah penghormatan dan penghargaan yang indah terhadap perbedaan.















Wednesday, 4 November 2015

Sampah Alan Gilbert (1) - Aditya Sofyan

7.20 PM waktu Manchester. 

Gue lagi duduk di Alan Gilbert - Learning Common. Sebuah gedung yang diperuntukan sebagai learning space buat mahasiswa University of Manchester. Tediri dari 4 lantai. Banyak cluster-cluster komputer, sofa, meja, ruang-ruang diskusi kecil. 

Di salah satu pojokan lantai 1 Alan Gilbert, ada sebuah cluster kecil yang tediri dari 6 komputer. Gue duduk di salah satu meja komputer itu, dengan lampu belajar menyala, buku catatan terbuka, dan sebuah jurnal yang ga selesai-selesai dibaca karena gue ga ngerti.

Headset merah terpasang di telinga gue. Iya merah. Gue lagi suka banget warna merah. Bukan cuma headset gue yang merah, casing handphone gue merah, buku catatan gue merah, tempat pensil gue merah, payung gue merah, bahkan gorden di kamar gue juga merah. 

Lewat headset ini gue lagi dengerin lagu Aditya Sofyan - musisi indie Indonesia. Lagu yang lagi gue dengerin waktu nulis ini judulnya Gaze. Gue suka dengerin lagu-lagunya Aditya Sofyan. Soalnya tenang banget, apalagi pas otak sama hati gue lagi amburadul gini. Orang-orang ga percaya kalau gue stress dan galau. Yaudahlah, gue simpen sendiri aja kalo gitu. 

Ketika dengerin lagunya Aditya Sofyan, di otak gue terputar sebuah episode di dalam hidup gue. Jadi kayak lagi nonton film tentang diri sendiri. Gue lupa tanggal hari itu. Tapi ada 2 orang yang gue sangat ingat. Eryo dan Gibran. Waktu itu sekitar jam 10 atau jam 11an sebelum makan siang, gue janjian sama Eryo mau nyoba cafe di daerah Kemang, namanya Reading Room. Nyari tempatnya susah sih, untuk kita naik taksi waktu itu. Tapi pas nyampe gue seneng banget, sepi! dan banyak buku! Gue nyobain kopi campur jahe. Rasanya berhasil bikin melek sih. Pisang goreng kejuya juga manteb. Fotonya masih ada di instagram gue loh (that's what my instagram for, memory and arts!)

Di Reading Room, gue belajar buat IELTS, Eryo ngerjain tugas kantor. Sorenya, kita dijemput si Gibran. Eryo dan Gibran duduk di depan, gue duduk di belakang. Waktu itu ngomongin apa ya di mobil? Kayaknya sesuatu yang serius gitu deh. Ga inget gue. Oke, memori gue tiba-tiba udah nyampe parkira GI. 

Pomede! Gue inget pomede. Si Gibran ngomongin pomede sama Eryo. Gue baru tau ada benda di dunia ini namanya Pomede, makanya memorable banget. Terus kita noton firm di GI, tapi gue lupa film apa. Ih, penasaran deh!

Oke, lalu memori gue udah di mobil Gibran lagi. Gibran muterin lagu Aditya Sofyan. Gue langsung suka banget! Pemandangannya waktu itu jalan M.H Thamrin ke arah bundaran HI, soalnya kayaknya kita mau ke Sabang deh. Gue lupa lagi, akhirnya kita kemana waktu itu. Pokoknya akhirnya nganterin Eryo ke daerah Senen, terus gue di drop ke kostan. Nah, pas jalan ke kostan itu, Gibran curhat soal.........hmm, gue lupa wanita mana yang dia curhatin waktu itu. Hahhaha *maap Gi* Pokoknya gue ingetnya kalo ngobrol sama makhluk ini kalo ga tentang   seputar passion, yang sampe berjuta-juta tahun juga ga selesai kayaknya, ya pasti soal gebetannya. Gue sampe bete, dan bilang, "Gi, gue mau dengerin apapun curhatan lo, tapi selain tentang gebetan lo". Itu settingnya juga di mobil Gibran, tapi lupa abis acara apa. Mwahahhaha....

Eh tapi, sebenernya gue kangen sih dengerin kegalauan doi. Hmm, mungkin karena mendengarkan perdebatan "pria banci vs pria brengsek" di trip terakhir bareng BBC (travel group kita), gue jadi agak paham.

Balik ke Aditya Sofyan. Setelah malam itu, besoknya gue langsung beli 3 CD-nya, dan lagu-lagunya dia yang menemani perjuangan gue belajar IELTS di musim hujan Jakarta. Settingnya Anomali Coffee - Setiabudi One Building. Gue sering duduk sendirian di situ dan itu salah satu spot favorit gue di Jakarta. Kangen!

Setelah beberapa lama, gue nonton Jazz Goes To Campus, bareng Mia (adek gue), Annies dan Mita. Kita nonton Aditya Sofyan in person. Mwahahhaha, anehnya tuh orang kok mirip si Gibran. Sungguh aneh. 

Ahhh....gue kangen Jakarta, Mungkin abis ini gue mau dengerin lagu Forget Jakarta. 

Well, ternyata gue ngabisin 7 lagu buat nulisi ini: Bandaged, Immortal Mellow, The Stalker, Carnival, Don't Look Back, Dark Side, Midnight.

Udah dulu ah nyampahnya. Balik ke jurnal dulu.

Oh ya, semoga hati dan otak gue segera sembuh!