Pages

Thursday 10 April 2014

Nasionalisme di Kantor Lurah

Kejadian kecil yang berhasil membakar rasa optimis saya.

Kemarin (9 April), saya (yang hampir saja golput) memutuskan berangkat ke kantor kelurahan (lagi) setelah malam harinya dimarahi oleh petugas DPT di kantor lurah karena datang kemalaman (jam 18.50an) dan pengurusan keterangan domisili untuk pemilih tambahan sudah tutup.

Pagi hari sekitar pukul 9 saya kembali ke kantor lurah. Ditemani abang tukang ojek dekat kostan, saya keliling-keliling yang rutenya dari kostan - 15 meter sebelum kantor lurah (terpaksa harus putar balik karena ada TPS) - masuk jalan sempit penduduk (lalu ada ibu-ibu bilang semua akses ketutup TPS) - ke depan kostan lagi - muter lewat jalan kecil - akhirnya sampai ke kantor lurah *fiuhh

Saya buru-buru naik ke lantai 3 kantor kelurahan Karet Kuningan, dan mendapati sudah banyak orang mengantri di sana. Ternyata saya tidak sendiri. Mereka semua mau mengurus form A-5 agar bisa ikut memilih di pileg kali ini. Di depan saya, Ezra (baru kenalan di tempat) berasal dari Medan, ternyata anak kostan juga. Di belakang kami ibu-ibu keturunan Tionghoa bersemangat mengantri sambil membuka website kpu.go.id untuk mencari TPS asalnya. Informasi ini penting untuk mengisi form A-5. Selain kami bertiga di sekitar kami banyak bapak-bapak, wanita setengah baya, seorang wanita yang dari perawakannya sudah punya cucu, dan tentu anak-anak muda. Kalau saya perkirakan mungkin ada 40an orang yang mengantri di ruangan tersebut. Belum lagi yang sudah selesai mengurus form A-5 sebelum saya tiba.

Wah, banyak juga ya orang-orang yang masih peduli dengan bangsa dengan memperjuangkan hak pilihnya.

Sambil mengantri, seorang laki-laki paruh baya bilang "semoga 5 tahun lagi, dengan e-ktp kita tidak perlu antri lama. Scan e-ktp lalu langsung keluar kartu pemilih, dimanapun bisa langsung milih". 

"Amin ya Pak!" sambut ibu-ibu keturunan Tionghoa. "Tapi, saya di daerah asal belum dapat e-ktp, padahal 4 anggota keluarga lain sudah semua. Saya akan urus lagi sih"

Ya ampun, optimis banget orang-orang ini. Saya jadi terharu dalam hati. Walau pun ada teguran kepada beberapa anak muda yang tidak disiplin mengantri dan duduk-duduk di sisi lain ruangan padahal temannya yang lain sedang  mengantri untuk mereka, tidak ada yang mengeluh soal capek mengantri . Juga soal e-ktp yang belum didapat, si Ibu malah berkenan mengurus lagi. Beberapa orang terlihat cemas saat browser HPnya tidak bisa membuka website KPU, namun yang lain tidak diam. Kami saling bantu mencarikan lewat HP sendiri agar semua bisa langsung dapat form A5. Semua orang dalam ruangan itu tampaknya sejenak melupakan hal-hal negatif dari pemerintahan sekarang. Berpikir positif dan memperjuangkan menit-menit terakhir sebelum jatah mencoblos tiba (saat itu pukul 10an dan jatah mencoblos untuk pemilih tambahan hanya mulai jam 12-13 siang). 

Semoga harapan yang dibawa tiap orang yang saya temui di kelurahan waktu itu terwujud!

Salut untuk kebijakan surat domisili dan form A5 yang sudah dimulai walaupun belum sempurna. Semoga pilpres nanti semakin baik dan semakin banyak juga yang berpikir positif seperti Ibu dan Bapak yang saya temui.




No comments:

Post a Comment